Budidaya Ikan Arwana (Scleropaghes farmosus)


Teknik Pemijahan
a.             Seleksi Induk
Calon induk berumur 5-6 tahun. Panjang tubuh 60 cm dan bobot sekitar 4 kg. Agar menghasilkan anakan yang murni dan berkualitas, strain kedua calon induk harus sama. Hindari meyatukan ikan berbeda strain dalam satu kolam. Syarat lain, calon induk sehat dan bebas penyakit. Ikan cacat bungkuk tidak layak dijadikan induk sebab, perut mengerut sehingga kualitas sel telur kurang baik dan mudah mati. Menghindari ikan yang memiliki insang tidak menututup sempurna, terutama pada induk jantan karena akan kesulitan mengerami telur didalam mulut. Cacat lain seperti sungut terputus, ekor patah, atau sisik berdiri masih layak. Sebab, tidak mempengaruhi kualitas telur dan anakan (Ditjen Perikanan Budidaya, 2011).
Menurut Momon dan hartono (2002), dalam memilih calon induk arwana, kesulitan yang sering dihadapi adalah membedakan jenis kelamin jantan dan betina. Jenis kelamiin jantan dan betina sudah dapat dibedakan setelah arwana berumur sekitar 5 tahun. Beberapa ciri-ciri morfologis dapat dijadikan acuan perbedaan. Ciri-ciri morfologis tersebut disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel Ciri-ciri Morfologis Ikan Arwana berdasarkan Jenis Kelamin
Organ
Arwana Jantan
Arwana Betina
Tubuh
Lebih panjang dan ramping
Lebih pendek, lebar, dan agak gemuk
Kepala dan mulut
Kepala tampak besar dan mulutnya agak lebar karena mengerami telur dalam mulutnya
Kepala tampak meruncing dan mulutnya lebih kecil
Toraks (dada)
Lebih panjang
Lebih pendek
Sirip dada
Lebih panjang
Lebih pendek
Sirip dorsal (punggung)
Menyempit
Melebar



b.      Pematangan Gonad
Tahapan pematangan gonad ikan arwana meliputi:
1.  Menyiapkan akuarium ukuran panjang 80 cm, lebar 60 cm dan tinggi 50 cm.
2.  Pengeringan selama 2 hari; isi air bersih setinggi 40 cm.
3.  Pemasang dua buah titik aerasi dan hidupkan selama penetasan.
4.  Pengisian induk arwana.
5.  Pemberian pakan berupa ikan kecil atau udang kecil.
6.  Membersihkan dan menganti air setiap minggu.

c.              Pemijahan
Ditjen Perikanan Budidaya (2011), menjelaskan setiap tahun arwana 2 kali memijah. Namun, jumlah telur dan masa birahi induk mencari pasangan dengan cara saling berkejaran satu dengan yang lain. Pasangan berjodoh akan berenang berduaan dipinggir kolam dan memisahkan diri dari kelompok sampai saat berpijah. Untuk menjaga pasangannya, induk berjodoh akan melawan jika ada induk lain yang mendekat. Jika masa pendekatan selesai, pasangan siap kawin. Namun, proses pemijahan tidak berlangsung begitu saja. Daya rangsang luar seperti curah hujan, suhu, pH, dan kondisi air mengalir akan mempengaruhi induk betina melepas sel telur.
Ikan arwana dapat dibudidayakan dengan cara alami. Pembudidaya hanya mengumpulkan indukan dan menempatkan pada kolam tertentu diikuti pemberian pakan yang cukup. Induk Arwana yang baik dan produktif dalam lingkungan pemeliharaan yang memenuhi persyaratan habitat hidupnya dapat memijah sebanyak 3–4 kali setahun, sedangkan pada lingkungan yang baru ikan arwana akan melalui masa adaptasi sekitr 8 (delapan) bulan sampai ikan arwana memijah pertama kali. Pemijahan arwana biasanya diawali dengan pencarian pasangan kawin yang terjadi secara alami yang dapat dilihat pada malam hari. Ketika betina berenang ke permukaan air maka akan diikuti arwana jantan., bahkan selama 1–2 minggu mereka berenang berdampingan dengan tubuh saling merapat/menempel hingga pada akhirnya terjadi perkawinan dengan ditandai arwana betina mengeluarkan telur dan arwana jantang mengeluarkan sperma. Pada fase selanjutnya telur-telur tersebut dikumpulkan untuk di inkubasi oleh arwana jantan selama sekitar satu minggu hingga menetas. Larva yang masih memiliki kuning telur hidup didalam mulut arwana jantan selama 7–8 minggu sampai kuning telur habis (Sutarjo, 2011)




d.      Pemeliharaan Larva
Menurut Ditjen Perikanan Budidaya (2011), perlengkapan akuarium yang memadai menjadi syarat penting dalam mendukung cara pemeliharaan yang baik. Berikut adalah syarat akuarium yang memadai untuk pemeliharaan benih. Untuk arwana kecil yang berukuran sekitar 10 cm perlu disiapkan akuarium berukuran 70 x 35 x 35 cm dengan tebal kaca 5 mm. Pasang lampu penerang dengan daya 20 watt dan filter air Dymen 600. Untuk arwana yang berukuran besar dapat digunakan akuarium berukuran 220 x 85 x85 cm dengan tebal dinding kaca 12-15 mm. Pasang lampu penerang dengan daya 120 watt. Lengkapi dengan filter Eheim 2034. Peralatan pokok dalam akuarium yaitu aerator atau untuk memasok oksigen dalam akuarium, filter, lampu, thermometer, dan heater.
Larva yang dipanen dari mulut induk jantan arwana sebenarnya belum waktunya untuk dipanen bila dilihat dari masa pengeraman telur oleh induk jantan. Dengan demikian, larva tersebut masih perlu melalui dua fase pertumbuhan, yaitu fase pro-larva dan fase post-larva. Larva yang dipanen tidak semuanya sehat. Dalam proses pertumbuhannya pasti di antara anakan ada yang mati atau cacat. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal tersebut perlu dilakukan perawatan dengan baik (Momon dan Hartono, 2002).
Fase pro-larva pada masih memiliki kuning telur. Dalam hal ini, larva tidak memerlukan makanan tambahan dari luar tubuh sehingga dalam perawatannya diperlukan perhatian yang intensif terhadap kondisi kesehatan larva dan kualitas airnya. Presentase kelulushidupan larva berkisar 75-90%. Larva yang selesai dipanen langsung dimasukkan ke dalam akuarium dengan volume air akuarium sebanyak 100 liter. Setiap akuarium dapat diisi larva antara 10-15 ekor. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengamatan. Pada fase ini, perawatan dititikberatkan pada kualitas air. Oleh karena itu, air yang akan digunakan sebaiknya merupakan air tanah yang telah disaring dan diendapkan terlebih dahulu. Kualitas air harus ideal, yaitu suhu berkisar 28°C dengan pH 6,5-7. Fase post-larva adalah fase dimana kuning telur telah habis dan larva dapat berenang. Pada  fase ini, benih arwana membutuhkan pakan tambahan. Perawatan benih arwana pada dasarnya sama dengan perawatan pada fase pro-larva.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembenihan Udang Red Cherry

Pembenihan Ikan Cupang (Betta spendens)